Pengertian
Hubungan Seksual,Hubungan seksual
adalah hubungan yang bukan hanya alat kelamin dan daerah mudah
terangsang yang ikut berperan tetapi juga psikologis dan emosi (Manuaba, IBG,
1999).
Teknik Hubungan Seksual
Masa Rangsangan (Excitement Phase).- Keinginan seks aktif
timbul dari pria sendiri, sehingga terdapat perubahan pada penis sebagai alat
utama yang menjadi tegang, terdapat kongesti darah di daerah testis, testis
menjadi naik karena kontraksi ototnya. Pada wanita, masa rangsangan memerlukan
waktu paling panjang dan memerlukan kesabaran suami (pria) bila menginginkan
orgasme tercapai secara bersamaan. Tempat perangsangan terutama daerah erogen
(erotik) sehingga terjadi beberapa perubahan.
Masa Dataran Tinggi (Plateau Phase),-Menjelang atau pada masa
dataran tinggi sebagian besar hubungan intim telah dilakukan, dan masa dataran
tinggi segera akan diikuti orgasme dan selanjutnya masa peredaan. Aktifitas
seks telah mencapai maksimal, dimana kedua belah pihak bertindak aktif demikian
rupa sehingga bagian yang paling sensitif dapat tersentuh. Pada puncak dataran
tinggi terdapat tegangan otot maksimal.
Masa Orgasme (Orgasmic Phase),-Setelah tegangan otot
maksimal yang diikuti oleh nadi dan pernapasan
meningkat, terjadi orgasme
beberapa detik. Saat orgasme
terasa kontraksi di daerah penis, dimana sperma
dikeluarkan dan didepositkan
di bagian atas vagina. Pencapaian orgasme pria dan
wanita berbeda sehingga diharapkan mendapat kepuasan seks bersamaan untuk
meningkatkan keharmonisan keluarga.
Masa Peredaan (Resolution
Phase), Setelah orgasme beberapa
detik diikuti oleh
masa peredaan dimana penis berangsur-angsur mengecil dan kembali pada
ukuran semula dan testis ikut serta turun ke tempat semula.
Untuk melakukan aktivitas
seks berikutnya diperlukan waktu. Pada wanita masa peredaan ini
berlangsung lama. Bila menginginkan anak dapat ditempuh cara dengan tidak cepat
bangun dan pergi ke kamar mandi atau memasang bantal di bawah bokong sambil
tidur telentang.(Manuaba, IBG, 1999).
Larangan untuk Berhubungan Seksual
Kebanyakan
dokter akan menyarankan
untuk tidak melakukan hubungan
seksual pada kasus-kasus kehamilan tertentu, misalnya:
a. Ancaman keguguran
atau riwayat keguguran.
b. Plasenta letak
rendah (Plasenta Previa).
c. Riwayat kelahiran
prematur.
d. Perdarahan vagina atau keluar cairan yang tidak diketahui
penyebabnya serta kram.
e. Dilatasi /
pelebaran servik.
f. STD atau penyakit seksual yang menular: untuk kasus STD
anda disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai anda atau
pasangan sudah diobati dan bebas dari penyakit (Suririah, 2004).
Frekuensi Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Menurut Ed. Wheat, MD dalam
bukunya yang berjudul Intended
for pleasure menulis,
frekuensi rata-rata hubungan seksual selama kehamilan adalah
trimester I : 2 kali perminggu, trimester II : 3 kali perminggu, trimester III
: 1 kali perminggu (Andik, 2007).
Aktifitas Yang Harus Dihindari Selama Hubungan Seksual.
Beberapa praktek yang harus dihindari selama berhubungan
seks yaitu:
1. Tidak boleh
memasukkan objek apapun ke dalam vagina yang dapat menyebabkan luka atau
infeksi.
2. Meniupkan udara ke dalam vagina karena dapat membuat gelembung
udara masuk ke aliran darah.
3. Merangsang
putting susu. (Curtis, Glade B, 2000).
2.3.6. Posisi
Hubungan seks Selama Kehamilan
Pada prinsipnya, seperti dikatakan Dr. Judi Januadi Endjun,
SpOG, wanita hamil boleh melakukan hubungan seks selama perutnya tidak
tertindih saat berhubungan dan ia bisa menikmati hubungan. Juga,
jangan sampai penis
menekan mulut rahim. Karena itu sebaiknya dipilih posisi
yang paling tidak menekan. Posisi hubungan seks yang disarankan untuk wanita
hamil antara lain:
a. Pria diatas tapi
ia miring ke salah satu sisi atau bertahan dengan lengan, agar berat badannya
tak menekan wanita.
b. Wanita di atas
tapi hindari penetrasi yang dalam.
c. Pria duduk di
kursi atau tempat tidur dan wanita berada di atasnya. Selain tak membebani
kehamilan, posisi ini juga memudahkan wanita mengatur irama hubungan sekaligus
mengurangi tekanan di dinding rahim.
d. Pria-wanita berbaring
menghadap satu arah
dengan posisi wanita di depan
pria. Penetrasi dilakukan pria dari belakang.
e. Wanita dalam
posisi lutut-siku (menungging). Penetrasi dilakukan pria dari belakang.
(Hasto P, 2006).